Spiritualitas Pustaka

| Senin, 14 April 2025 | 01.30 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Saudaraku, kemarin saya diundang memberi siraman rohani dalam halal bihalal karyawan Perpustakaan Nasional. Sebuah kehormatan yang tak hanya menggugah akal, tetapi juga mengetuk relung batin—sebab di sana, dalam dedikasi senyap komunitas pelayan kecerdasan bangsa, segera terbayang: betapa sakralnya buku, betapa agung peran perpustakaan sebagai suar peradaban.


Membaca buku adalah suatu ziarah sunyi ke dalam jiwa. Tanpa langkah, tanpa suara, namun setiap kata adalah doa yang mengalir perlahan; setiap halaman adalah altar tempat pikiran bersujud, merangkai makna dalam keheningan. Di balik susunan huruf yang terjaga, tersembunyi denyut kehidupan yang mengikat kita dengan masa silam, menuntun di masa kini, dan membuka tabir masa depan.

Buku bukan sekadar kumpulan huruf; ia adalah jiwa yang hidup. Dalam diamnya, ia berbicara—mengajak kita bercermin, berdialog dengan diri, menyelami keberanian, kerapuhan, harapan, dan ketakutan yang terpendam. Dan dalam proses itu, kita tak hanya membaca, tapi mendengar suara ilahi yang menyentuh kedalaman batin.

Kadang, di antara kalimat-kalimat yang menggugah, terasa hadir sesuatu yang lebih tinggi. Seperti embusan angin tak kasat mata yang menyentuh hati. Buku menjadi medium spiritual—menjadi perahu kecil yang membawa kita melintasi samudera ketidaktahuan menuju dermaga kebijaksanaan.

Dalam ziarah itulah, Perpustakaan Nasional berdiri—bukan sekadar gedung yang menata buku, melainkan rumah peradaban yang menyalakan obor pengetahuan. Ia adalah taman sunyi tempat imajinasi tumbuh, tempat generasi saling menyapa lewat lembar-lembar yang diwariskan.

Ia menjaga agar cahaya tak padam diterpa arus zaman. Ia bukan hanya tempat menyimpan, tetapi ruang hidup yang memberi napas baru pada ide, wacana, dan pencarian makna. Di sanalah, literasi dipupuk, budaya dijaga, dan bangsa dituntun untuk terus belajar mendengar dan memahami.

Saudaraku, bilamana perjalanan diri dan bangsa kehilangan haluan dan tuntunan, biarkanlah buku menjadi sahabat ziarahmu. Dan bila kau lelah mencari, ingatlah bahwa perpustakaan adalah rumah—tempat cahaya itu tinggal, menantimu pulang.

Oleh: Yudi Latif


Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI
 
BERNASINDONESIA.COM - ALL RIGHTS RESERVED