Pancaran Buddhisme Nusantara

| Selasa, 31 Desember 2024 | 00.49 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Saudaraku,  bersyukur jelang tutup tahun, saya bisa bersua kembali  dengan para sahabat rohani, Bhikkhu dan pandita Buddha. Saat saya menjadi juri dan pemberi orasi dalam program sertifikasi Professional Communicator di Bangka. Diberikan khusus oleh @epdc.training untuk Pabbajja Pandita Samanera & Samaneri (calon Bhikkhu & Bhikkhuni), Keluarga Buddhayana Indonesia.


Momen itu menghidupkan kembali ingatan tentang warisan kejayaan Buddhisme di Nusantara. Di Tanah Air ini, Buddhisme meninggalkan sidik jari peradaban tinggi. Dari Sumatera hingga Jawa, dari Kalimantan hingga Bali, jejak ajaran Sang Buddha tertanam dalam budaya, seni, dan spiritualitas.

Di Sumatera, kejayaan itu berpendar bak cahaya fajar. Kerajaan maritim Sriwijaya bukan hanya pusat perdagangan, tetapi juga mercusuar intelektual Buddhisme. Para biksu dan sarjana dari berbagai penjuru dunia datang untuk belajar, menjadikan Sriwijaya sbg titik temu kebijaksanaan lintas-peradaban dan pusat penyerbukan silang budaya. Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuwo adalah saksi bisu semangat dharma yang melandasi kehidupan kerajaan.

Di Jawa, Borobudur menjadi monumen keabadian. Candi megah ini bukan hanya simbol arsitektur, tetapi juga kitab suci yang terpahat di batu. Relief-reliefnya menceritakan perjalanan hidup Sang Buddha, mengajarkan dharma melalui keindahan yg melampaui kata-kata. Bersama candi Mendut dan Pawon, Borobudur menjadi pusat spiritual yg menghubungkan manusia dgn alam semesta.

Kejayaan Buddhisme Nusantara bukan hanya tentang bangunan dan prasasti. Ia hidup dlm harmoni penduduk yg menghormati kebijaksanaan dan cinta kasih. Ajaran Sang Buddha menyatu dgn tradisi lokal, menciptakan budaya yg kaya dan inklusif. Bahasa, Seni, sastra, dan filsafat berkembang, membawa nilai-nilai luhur ke dlm kehidupan.

Mengenang kejayaan Buddhisme di Nusantara bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga inspirasi utk masa depan. Nilai-nilai Buddhisme—kedamaian, kebijaksanaan, dan kasih sayang—tetap relevan di tengah dunia yg terus berubah. Lewat pelestarian situs sejarah, penelitian manuskrip kuno, dan revitalisasi ajaran spiritual, kita dapat menjaga nyala obor kejayaan ini.

Oleh: Yudi Latif


Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI