Jiwa Budaya

| Jumat, 13 Desember 2024 | 01.09 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Saudaraku, corak peradaban kita hari ini mencerminkan jiwa budaya kita. Penjelasannya terurai dalam buku The Decline of the West, karya Oswald Spengler (1918 & 1922). 


Spengler memperkenalkan konsep peradaban bersiklus. Setiap peradaban berkembang, mencapai puncaknya, dan akhirnya mengalami kemunduran, mirip dgn kehidupan organisme hidup.

Spengler membedakan konsep kebudayaan dan peradaban. Kebudayaan adalah fase kreatif, penuh dgn inovasi dan eksplorasi spiritual, sedangkan peradaban adalah fase akhir yg lebih materialistik dan kurang inovatif. Menurutnya, Barat telah beralih dari kebudayaan ke peradaban.

Bagi Spengler, setiap kebudayaan dan peradaban memiliki jiwa budaya yg khas, yang memengaruhi bagaimana masyarakat dlm kebudayaan tsb memandang dunia dan mengarahkan perkembangan spiritual, artistik, ilmiah, dan sosial mereka. Misalnya, kebudayaan Barat memiliki jiwa Faustian yg berbeda dari jiwa kebudayaan Mesir kuno atau kebudayaan India.

Jiwa budaya membentuk pandangan dunia (Weltanschauung) dari sebuah kebudayaan. Misalnya, kebudayaan Barat cenderung memiliki pandangan yg bersifat ekspansif dan dinamis, sedang kebudayaan Yunani kuno lebih mengutamakan keselarasan dan keseimbangan dlm bentuk-bentuk seni dan pemikiran mereka.

Jiwa budaya sering kali terlihat dlm bentuk-bentuk ekspresinya, spt seni, arsitektur, musik, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Misalnya, arsitektur gotik Eropa mencerminkan jiwa Faustian yg berusaha melampaui batas dgn menara-menara tinggi, sementara arsitektur Mesir kuno dgn piramida dan kuil-kuil monumental mencerminkan jiwa kebudayaan yg mengutamakan ketenangan dan kesinambungan abadi.

Spengler memandang jiwa budaya sbg sesuatu yg memiliki takdir. Setiap kebudayaan berkembang dan mengalami kemunduran sesuai pola yg tak bisa dihindari. Seperti organisme hidup yg memiliki batas usia, jiwa budaya juga mengalami batas pertumbuhan dan kreativitas.

Spengler percaya, memahami jiwa budaya suatu masyarakat memungkinkan kita memahami pola sejarah dan masa depan peradaban tersebut. Spengler pun mengingatkan bahwa perkembangan apa pun yg kita impikan hrs dimulai dgn menata jiwa budaya yang sesuai. 

Oleh: Yudi Latif


Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI