Bernasindonesia.com - Berbeda dengan Pilkada 2017, Pilkada 2024 yang tinggal hitungan bulan lagi, tidak begitu antusias disambut sebagian besar warga Jakarta. Selain karena warga menilai kandidat yang disajikan partai politik belum mewakili aspirasi warga, ketiga bakal pasang calon juga dinilai belum memiliki rekam jejak konkret di Jakarta.
Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris tidak memungkiri menurunnya antusiasme warga Jakarta menyambut Pilkada Jakarta 27 November 2024 mendatang. Walau memang masa kampanye belum dimulai, tetapi dirinya melihat, saat ini suasana hati sebagian warga Jakarta tidak seantusias saat menyambut Pilkada 2017 lalu.
“Memang masa kampanye belum dimulai, tetapi di lapangan saya melihat ada penurunan antusiasme warga Jakarta menyambut Pilkada 2024. Berbeda dengan Pilkada 2017, antusiasme warga sudah meninggi saat masa pendaftaran bakal calon. Banyak faktor yang mengakibatkan antusiasme warga menurun. Mulai dari kandidat yang berlaga belum mencerminkan aspirasi sebagian besar warga, para kandidat belum memiliki rekam jejak konkret di Jakarta, dan belum terdengar gagasan segar untuk menyelesaikan persoalan Jakarta,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (10/9).
Menurut Senator Jakarta ini, walau masa kampanye belum dimulai, para kandidat yang akan berlaga harus sudah mulai mencicil narasi-narasi harapan serta memberikan solusi nyata atas berbagai masalah yang dihadapi warga. Warga Jakarta, sebagai pemilih yang kritis, lanjut Fahira Idris, cenderung menilai calon berdasarkan rekam jejak, komitmen terhadap perubahan, serta kemampuan untuk memahami dan mengatasi masalah yang saat ini dihadapi warga. Jika calon-calon dalam Pilkada 2024 Jakarta hanya menawarkan janji-janji yang biasa tanpa pendekatan yang inovatif serta tidak mewakili aspirasi warga, maka dikhawatirkan partisipasi pemilih akan anjlok.
Dalam kondisi seperti ini, lanjut Fahira Idris, pilkada jangan sampai menjadi sekadar formalitas, di mana warga merasa bahwa siapapun yang terpilih tidak akan membawa perbedaan signifikan. Partisipasi pemilih yang rendah bisa menjadi cermin dari kekecewaan dan jika hal ini tidak ditangani, demokrasi lokal akan kehilangan semangatnya.
“Saya berharap para kandidat mulai memberikan solusi konkret terhadap berbagai persoalan nyata yang kini dihadapi berbagai komunitas warga. Misalnya apa solusi mereka terhadap nasib dan masa depan eks warga Kampung Bayam yang masih “terombang-ambing”. Seperti apa komitmen para kandidat menghadirkan kesetaran terutama bagi warga miskin kota. Apa komitmen para kandidat terhadap reforma agraria perkotaan dan penguatan perlindungan ekonomi informal. Isu-isu seperti ini yang belum didengar warga,” pungkas Fahira Idris.