Bernasindonesia.com - Bisakah diperkirakan efek elektoral dari debat capres dan debat cawapres bagi pemilih di Indonesia?
Dari total pemilih sebanyak 204,8 juta di seluruh Indonesia, seberapa banyak yang akan menonton debat itu? Dan dari yang menonton debat, seberapa banyak yang mengubah dukungannya?
Ini pertanyaan datang kembali setelah membaca berita. KPU pastikan debat capres digelar tiga kali. Dan debat cawapres digelar dua kali.
Tapi bedanya kali ini, dalam lima kali debat itu, semua pasangan capres dan cawapres hadir. Ketika debat cawapres, misalnya, capres pun mendampingi, ikut berdebat.
Menurut berita yang kita baca, usulan perubahan format debat ini datang dari kubu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Ini berdasarkan kesaksian dan notulensi rapat KPU. Usulan pertama ini bukan dari kubu Prabowo-Gibran.
Kita mulai dari data. Ini riset LSI Denny JA pada pemilu presiden 2019 yang lalu, pasca debat. Agaknya data ini tak akan banyak berubah.
Survei ini sudah banyak diberitakan di tahun 2019. Kita angkat lagi beritanya karena masih relevan.
Yang mengatakan bahwa ia mengubah pilihannya setelah menonton debat capres/cawapres hanya 2,9% saja. Ternyata debat ini tak banyak efek elektoralnya.
Lebih detail lagi, ini datanya. Bahwa yang menonton debat itu dari seluruh populasi pemilih Indonesia hanya 50,6% saja. Tapi dari menonton itu, banyak yang melihatnya hanya sekilas saja: 5 menit, 10 menit.
Yang menonton keseluruhan debat dari awal hingga selesai,!ternyata hanya 14,9% dari populasi. Ternyata jauh lebih banyak penonton Piala Dunia sepak bola misalnya.
Dari yang menonton debat itu, yang mengatakan mengubah pilihannya sebanyak 5,8%. Karena yang menonton debat hanya separuh dari populasi pemilih, berarti total yang bisa berubah dari populasi pemilih setelah debat, hanya 2,9% saja.
Perubahan itu juga terjadi hanya di kalangan swing voters saja. Yaitu pemilih yang belum menentukan pilihan, dan pemilih yang sudah memilih tapi masih ragu- ragu.
Pemilih militan para capres dan cawapres tak akan berubah setelah menonton debat. Pendirian mereka terlalu kokoh digoyah oleh tontonan debat.
Yang mengubah pandangan setelah menonton debat terjadi untuk tiga hal. Pertama, mereka yang belum memilih setelah menonton debat berubah menjadi memilih.
Atau mereka yang sudah memilih, berubah menjadi tidak memilih, alias golput saja. Atau mereka yang awalnya memilih calon A pindah ke calon B. Bisa juga sebaliknya, dari memilih calon B pindah ke calon A.
Dari yang menonton debat, mereka mengatakan bahwa 40% itu dipengaruhi oleh substansi pesan yang disampaikan oleh capres atau cawapres.
Namun lebih banyak lagi, 60% pemilih lebih memperhatikan penampilan, gaya dan juga daya persuasi sang capres/cawapres.
Walaupun efek debat ini secara elektoral tidak besar, tapi debat cawapres dan capres tetap penting. Debat ini membuat kita tahu gagasan capres dan cawapres ini untuk membulat lonjongkan Indonesia.***
Oleh: Denny JA