Bernasindonesia.com - Wacana piplres 2024 satu putaran menyeruak. Semua timses, atau setidaknya Sebagian elemen-elemen dalam timses capres melontarkan wacana menang satu putaran.
Apakah wacana itu menggambarkan optimisme yang sesungguhnya?. Atau hanya _blow up_ untuk membangkitkan semangat para timses?. Hasilnya akan diketahui pada saat pilpres nanti.
Memang ada survei yang data-datanya menunjukkan kecenderungan itu. Kecenderungan satu putaran. Tapi bagi yang tidak diuntungkan survei, perlu membangun spirit pertempuran.
Perlu dibangun spirit “pertarungan belum berakhir”. Merekapun diarahkan pada keyakinan bisa juga menang satu putaran. Walau survei tidak mendukung keyakinan itu.
Terlepas itu semua, pilpres satu putaran ada plus dan minus. Kita bicara minusnya dulu.
Jika pilpres berlangsung satu putaran, “ekonomi demokrasi” tidak berjalan. Perputaran uang untuk pesta demokrasi hanya berangsung satu putaran. Tentu tidak menguntungkan dalam bisnis demokrasi.
Anggaran pilpres putaran kedua diestimasikan 17 T. Uang itu bisa menjadi suntikan roda perekonomian rakyat. Melalui kegiatan pesta demokrasi. Tidak jadi berputar ketika pemilu putaran kedua terpaksa tidak diperlukan.
Plus atau positifnya pemilu satu putaran adalah penyehatan demokrasi. Antara partai berkuasa dan oposisi agak berimbang. _Check and balances_ tercipta. Tidak akan ada pemusatan kekuasaan secara berlebihan.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo merupkan pemerintahan kolaboratif. Khususnya periode kedua. Menyatukan elemen-elemen politik dari pertengkaran politik akut masa-masa kampanye 2014 dan 2019. Pertengkaran cebong dan kampret telah menguras energi bangsa. Maka solusinya dibuat pemerintahan kolaboratif.
Kelemahan sekenario pemerintahan kolaboratif itu, _check and balances_ lemah. Tidak tersedia oposisi yang kuat di parlemen. Kekuatan kontrol terhadap pemerintah menjadi tumpul.
Jika Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar (PKB-Nasdem-PKS) menang satu putaran, maka menyediakan PDIP-Golkar-Gerindra-Demokrat-PAN-PPP sebagai oposisi. Sebuah kekuatan kontrol yang kuat.
Jika Prabowo Subianto dan Gibaran Rakkabuming (Gerindra-Golkar-PAN-Demokrat) menang satu putaran, maka PDIP-PPP-PKS-PKB-Nasdem akan berada di luar lingkaran pemerintah. Akan menjadi kekuatan oposisi yang kuat pula.
Begitu pula jika Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (PDIP-PPP) menang dalam satu putaran. Gerindra-Golkar-PAN-Demokrat-PKS-PKB-Nasdem bisa menjadi kekuatan oposisi.
Berbeda dengan pilpres dua putaran. Koalisi tambahan akan dibangun jelang putaran kedua. Perimbangan kekuatan _check and balances_ akan berkurang.
Jadi pilih mana. “Ekonomi demokrasi” atau “demokrasi sehat”?
Oleh: Abdul Rohman Sukardi