Bernasindonesia.com - Tema Muktamar Ke 48 Muhammadiyah dan Aisyiah "Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta", walau terkesan ideal bahkan utopis, namun relevan, penting, dan mendesak untuk diwujudkan. Muhammadiyah untuk itu memiliki potensi besar, dan infrastruktur nilai yang kuat.
Demikian dikatakan Prof. Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015, dalam kuliah umumnya di Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU), Senin 26/9-22 di Kudus. Kuliah Umum yg dihadiri Rektor UMKU Dr. Kusnoto, MKes, MEpid, Ketua BPH UMKU Drs. Syajad. MPD, dan 600an civitas akademia UMKU, pimpinan Muhammadiyah, yg memenuhi ruang dalam hingga keluar Aula.
“Sesungguhnya Muhammadiyah, lanjut Din, sudah melaksanakan misi suci itu lewat gerakan pencerahannya seabad lebih. Dua dasawarsa terakhir, Muhammadiyah sudah “go international”, dengan membentu Cabang Istimewa di sekitar 30 negara, dan mempunyai tujuh organisasi saudara, yaitu organisasi bernama Muhammadiyah, dengan paham dan manhaj gerakan serupa, walau tidak memiliki hubungan organisatoris dengan Muhammadiyah di Indonesia. Lebih dari itu Muhammadiyah menjalin kemitraan strategis dengan sejumlah organisasi dan lembaga di mancanegara, dan mendirikan universitas/college di luar negeri,” ujar Din.
Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu ini lebih lanjut mengatakan bahwa gerakan pencerahan Muhammadiyah penting dan urgen di tengah kerusakan akumulatif dalam peradaban dunia. Sistem Dunia yang memimpinkan kehidupan global terakhir ini, jelas Guru Besar FISIP UIN Jakarta ini, adalah sistem yg rusak karena bersifat antroposentristik atau berorientasi pada diri manusia (bukan berisfat teosentristik atau berorientasi pada Sang Pencipta), sehingga mendorong terjadinya kebebasan dalam berbagai aspek peradaban.
“Sistem Dunia itulah yg harus diganti, dan peradaban dunia harus direkonstruksi dan direstorasi, dan Islam dapat menjadi solusi,” paparnya.
Dalam kaitan inilah, menurut Chairman of World Peace Forum ini, Muhammadiyah potensial untuk menjadi lokomotif perubahan dan perbaikan. Syaratnya adalah Muhammadiyah harus mampu memformulasikan Wawasan Islam Berkemajuan menjadi ideologi dan strategi peradaban yang operasional ke dalam sistem ekonomi, politik, dan budaya.
Dan dalam kaitan ini, menurut Din mengutip ayat al-Qur'an Surah Ibrahim ayat 1, gerakan pencerahan harus bertumpu pada wahyu dan ilmu atau berorientasi pada pemahaman tentang ayat-ayat wahyu dan ayat-ayat semesta.
Untuk itu, Din Syansuddin mengharapkan Muktamar Muhammadiyah & Aisyiah, di Kampus UM Surakarta, 19-20 Nopember 2022 ini perlu memperjelas Wawasan Islam Berkemajuan, mempertajam kerangka strategis, dan meningkatkan fungsi organisasi menjadi organisasi modern yg menerapkan managemen perubahan (change management) dan kepemimpinan perubahan (change leadership).
Atas pertanyaan tentang Pimpinan Pusat Muhammadiyah yad, Din Syamsuddin menyatakan Muhammadiyah tidak mengalami krisis kader dan pemimpin, sehingga kepemimpinan tidak menjadi masalah di Muhamamdiyah. Apalagi corak kepemimpinan di Muhammadiyah bersifat kolektif kolejial, maka siapapun yg menjadi pucuk hanyalah hal yang memerlukan kesepakatan untuk dimajukan selangkah dan ditinggikan seranting.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah satu periode terakhir sudah menampilkan kinerja baik, dan periode mendatang harus lebih baik,” paparnya.
Untuk itu, Din Syamsuddin menyarankan agar sebagian dari 13 anggota PP Muhammadiyah disegarkan, yakni dengan memasukkan kader-kader muda yang mumpuni dan berkepribadian.
“Yg penting, segenap muktamirun dan muktamirat harus berhimmah menjadikan Muktamar Solo nanti muktamar yg aman, lancar, elegan, berkualitas dan bermartabat,” pungkas Din.