Bernasindonesia.com - Aktivis Migran Aznil Tan bereaksi keras terkait laporan tewasnya Pekerja Migran Indonesia (PMI) di tahanan imigrasi Sabah, Malaysia. Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) merilis sebanyak 101 warga negara Indonesia (WNI) meninggal pada 2021. Pada Januari hingga Juni 2022, 48 WNI meninggal di Pusat Tahanan Imigrasi (DT1) di Sabah, Malaysia.
"Ini tragedi kemanusiaan yang memalukan. 149 warga negara Indonesia mati,. Itu bukan angka kecil. Ini harus diusut tuntas. Jokowi harus segera turun tangan, kata Aznil Tan ke media, Jakarta (28/06/2022).
Aznil Tan menilai, pemerintah Indonesia tidak cukup mengandalkan Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk menelusuri dan meminta penjelasan dari otoritas setempat.
"Kasus 149 PMI meninggal ditahanan Imigrasi Sabah ini tidak bisa dianggap kasus biasa. Ini butuh langkah extra ordinary. Tidak cukup ditangani oleh Kemenlu. Sekali lagi, Presiden negara ini yang harus turun tangan menyelesaikan tragedi kemanusiaan ini,"
Dia menyatakan mosi tidak percaya kepada Kemenlu dan Dubes RI di Kuala Lumpur.
"Kasus kekerasan dan sampai kelevel pelanggaran HAM pada PMI kita di Malaysia bukanlah hal yang baru. Apa bukti kinerja Kemenlu dan KBRI lebih membaik? Malah semakin parah. Kasus ini harus masuk ke ranah kejahatan HAM ,." jelasnya.
Lebih lanjut ia meminta Presiden Jokowi untuk segera membentuk Tim Investigasi yang terdiri-dari berbagai unsur untuk melakukan penelusuran tewasnya 149 PMI di Tahanan Imigrasi Sabah tersebut.
"Saya mendesak Presiden RI untuk mengusut tuntas Tragedi Sabah ini dengan membentuk Tim Investigasi yang terdiri-dari beberapa unsur. Targetnya, juga untuk menemukan konsep kedepan penempatan PMI yang tidak ada lagi di wilayah governent melakukan praktek-praktek kejahatan kemanusiaan. Wilayah Goverment clear, di wilayah user pun clear juga," pungkas Aznil Tan.
Sebagaimana diketahui, Kemlu menilai serius laporan tersebut yang diberi judul "Seperti di Neraka: Kondisi di Pusat Tahanan Imigrasi di Sabah, Malaysia".