Bernasindonesia.com - Pada tanggal 2 Maret 2020 resmi terkonfirmasi kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia. Pandemi Covid-19 ini mengharuskan kita untuk menjaga jarak satu sama lain agar meminimalisir kontak droplets. Hal ini membuat pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dicetuskan pada Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020.
Sehubungan dengan adanya peraturan ini membuat pergerakan aktivitas kita menjadi terbatas. Adanya work from home (WFH), sekolah daring, yang mengharuskan seluruh aktivitas berpusat di rumah menyebabkan peningkatan pengeluaran keluarga seperti pangan harian, tagihan listrik, air, serta biaya pendidikan (Siyamto dan Saputra 2020).
Meningkatnya seluruh kebutuhan sehari-hari kita tidak sejalan dengan kecenderungan penurunan pendapatan mayoritas masyarakat pada masa ini. Hal ini tentunya akan mengganggu keuangan keluarga jika tidak dilakukan penerapan manajemen keuangan yang baik.
Kesiapan dan manajemen keuangan keluarga memiliki pengaruh terhadap keberhasilan pendidikan di era pandemi Covid-19 yang telah merubah percepatan transformasi pendidikan berupa pembelajaran dalam jaringan. Interaksi tatap muka langsung diganti menggunakan Zoom atau aplikasi video konferensi lainnya.
Metode pendidikan juga semakin active learning, yaitu para siswa lebih aktif dalam belajar sendiri dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan gurunya. Para guru bisa memberikan arahan dan tugas melalui aplikasi seperti Google Classroom atau grup media sosial seperti Whatsapp atau Telegram.
Dengan metode pembelajaran daring pula, orang tua dapat diberi akses untuk memantau tugas anaknya.
Dengan adanya kebijakan sekolah daring, membuat para siswa harus beradaptasi dalam melakukan pembelajaran. Tentunya dalam melakukan pembelajaran daring, siswa memerlukan media berupa jaringan internet dan alat penunjang yang memadai (handphone, laptop, tablet, dan lain-lain).
Akan tetapi, tidak semua siswa cocok dengan metode pembelajaran daring. Hal ini dikarenakan proses memahami materi pada siswa beraneka ragam, seperti halnya anak dari narasumber yang kami temui yang justru lebih cocok dengan metode pembelajaran tatap muka.
Permasalahan yang dialami oleh siswa pada saat pembelajaran daring, membuat sebagian orang tua memutuskan untuk menambah fasilitas pembelajaran untuk anaknya. Tentunya, hal ini berdampak pada penambahan pengeluaran yang dilakukan oleh orang tua. Begitu pula dengan kasus anak dari narasumber yang membutuhkan tambahan bimbingan belajar mencakup tiga hingga lima mata pelajaran karena dianggap pembelajaran daring kurang efektif untuk anaknya.
Di sisi lain, pembelajaran daring memerlukan kecepatan dan kestabilan sinyal internet yang tentunya juga akan mempengaruhi pemilihan jaringan WiFi yang baik dengan jumlah kuota yang lebih besar.
Adanya penambahan fasilitas yang diberikan untuk menunjang pembelajaran daring membuat keluarga menambah pengeluaran untuk membantu anaknya agar optimal ketika sekolah daring.
Sayangnya, pertambahan pengeluaran tidak beriringan dengan bertambahnya pendapatan. Terutama di masa pandemi saat ini, banyak dari kepala keluarga yang justru pendapatannya berkurang atau bahkan banyak pula yang justru di-PHK oleh perusahaan tempat kerjanya. Tidak bisa dipungkiri hal tersebut memicu permasalahan dalam keluarga mengenai pengelolaan keuangan yang tidak jarang menimbulkan konflik keluarga.
Oleh karena itu, keluarga perlu melakukan manajemen keuangan dengan baik. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah saat mendapatkan penghasilan, keluarga menghitung jumlah kebutuhan pokok yang wajib untuk dipenuhi (fixed cost).
Sejumlah uang yang sudah dilakukan penghitungan kebutuhan pokok disimpan dalam satu rekening khusus. Setelah itu, uang yang tersisa disimpan terlebih dahulu. Apabila ada kebutuhan mendesak, barulah uang tersebut digunakan. Dengan berfokus pada kebutuhan pokok terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan lainnya, alokasi biaya menjadi tepat sasaran sehingga terhindar dari pemborosan.
Selain itu, keluarga ada baiknya untuk memiliki dua rekening yang berbeda. Dua rekening yang berbeda digunakan dengan tujuan yang berbeda pula. Rekening yang digunakan untuk keperluan yang akan datang dan memiliki nominal yang besar, tidak perlu digunakan mobile banking agar terhindar dari transaksi secara tiba-tiba.
Selanjutnya, rekening yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dapat digunakan mobile banking agar mudah mengecek transaksi yang telah dilakukan. Hal ini bertujuan agar pengeluaran keuangan memiliki sistem yang teratur sehingga dapat tercatat dengan baik. Jika tidak memungkinkan untuk memiliki lebih dari satu rekening, keuangan keluarga perlu dicatat dengan rapi dan terstruktur.
Keluarga dapat membuat cash flow (aliran masuk-keluar uang) setiap bulannya sehingga memudahkan dalam mengetahui alur pengeluaran sebuah keluarga.
Cara berikutnya yang dapat dilakukan dalam manajemen keuangan keluarga adalah dengan melakukan belanja mingguan dibanding dengan belanja bulanan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hal ini dilakukan agar alur pengeluaran dapat terlihat dengan jelas.
Adapun barang yang dibeli saat belanja bulanan hanya barang yang sudah habis pakai saja sehingga barang yang masih tersisa dan dapat digunakan tidak dilakukan pembelian ulang.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan keluarga sangat krusial di era pandemi terutama untuk memastikan bahwa aspek kegiatan pendidikan pada keluarga tidak terganggu.
Hal ini dikarenakan terjadinya transformasi pendidikan menjadi sistem yang lebih terdigitalisasi, para siswa yang biasanya bertatap muka langsung dengan gurunya kini harus melalui aplikasi video konferensi yang memerlukan gawai dan internet yang memadai.
Sistem yang baru juga lebih mengedepankan active learning dimana para murid belajar sendiri dan banyak mengerjakan tugas semuanya melalui gawainya. Sistem ini juga menyebabkan tidak sedikit orang tua yang mengeluarkan uang lebih untuk les tambahan anaknya.
Berdasarkan banyaknya pengeluaran tersebut, manajemen keuangan keluarga dengan cara pemisahan rekening, memperhatikan alokasi kebutuhan-keinginan, serta belanja mingguan disarankan untuk dilakukan.
Kelompok 15
Salma Alya Nur Rasyid (I341900074)
Shafa Azka Aqilla (I2401201060)
Shella Wahyu Wulandari (I2401201079)
Shabrina Nur Fajrina Rosyada (I2401201080)
Dosen:
Ir. Moh. Djem Djem Djamaludin, M.Sc
Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Sc