Bernasindonesia.com - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendorong perlunya Indonesia meningkatkan pasar perdagangan produk Indonesia hingga ke negara-negara di Eropa Tenggara dan Timur Balkan. Hal tersebut diperlukan guna melengkapi pasar tradisional yang selama ini sudah terjalin baik dengan sejumlah negara, seperti Tiongkok, Amerika, dan Eropa. Dengan perluasan pasar hingga ke Eropa Tenggara dan Timur Balkan, seperti negara Bulgaria, diharapkan bisa meningkatkan total neraca perdagangan Indonesia yang selama ini masih defisit.
"Ditengah perang dagang Tiongkok - Amerika yang membuat pergolakan ekonomi dunia dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi semua negara dan kawasan melambat, Indonesia tak boleh diam atau meratapi kejadian ini. Tim Ekonomi Kabinet Indonesia Maju harus jeli melihat peluang dengan fokus memperluas pasar produk Indonesia hingga ke Eropa Tenggara dan Timur Balkan, seperti Bulgaria," ujar Bamsoet saat menerima Duta Besar Bulgaria untuk Indonesia, H.E. Peter Andonov, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Selasa (19/11/19).
Di dalam negeri, menurut Kandidat Ketua Umum Partai Golkar 2019-2024 ini menilai, para menteri tim ekonomi pemerintah harus fokus dalam mendorong terwujudnya kedaulatan dan kemandirian ekonomi nasional sesuai dengan visi dan misi Presiden Jokowi di dalam Nawacita. Salah satu strategi yang bisa diimplementasikan adalah program rekonsilasi nasional di bidang ekonomi dengan membangun iklim usaha yang bersahabat bagi dunia usaha atau bisnis friendly, khususnya dalam sektor perpajakan.
Di kancah internasional, menurut Bamsoet Bulgaria merupakan sahabat yang telah menunjukan kepeduliannya terhadap produk CPO/kelapa sawit Indonesia, ditengah derasnya kampanye hitam dari Uni Eropa terhadap CPO Indonesia. Ini menunjukan potensi pasar CPO di Bulgaria terbuka lebar untuk Indonesia, peluang yang tak boleh disia-siakan.
"Disaat negara-negara Uni Eropa melakukan black campaign terhadap produk kelapa sawit, yang notabene merupakan salah satu penopang positif bagi neraca perdagangan Indonesia, Bulgaria justru memberikan penilaian bebeda. Mereka terbuka terhadap produk CPO Indonesia. Saat ini sekitar sepertiga kebutuhan minyak sawit Bulgaria dipenuhi melalui impor dari Indonesia. Potensi dan peluangnya masih terbuka lebar untuk ditingkatkan," tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memaparkan, berdasarkan Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia - Bulgaria di tahun 2018 masih berada di tren positif. Yakni sebesar USD 497.651 juta, dengan surplus Indonesia mencapai USD 360.129 juta. Namun demikian Indonesia tak boleh berpuas diri.
"Karena potensi perdagangannya masih terbuka lebar. Selain CPO, Bulgaria sangat tertarik dan membuka pasar bagi produk Indonesia lainnya, seperti kopi, teh dan tuna. Kesempatan ini harus dilihat oleh Tim Ekonomi Kabinet Indonesia Maju sebagai peluang ekonomi yang luar biasa," tandas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini mengingatkan, jangan sampai peluang ekonomi tersebut tak ditindaklanjuti secara cepat. Sehingga, potensi masuknya peluang produk Indonesia justru diambil alih oleh negara-negara lainnya. Karena dalam bisnis, siapa yang cepat dia yang dapat.
"Bulgaria harus dijadikan sebagai pintu, jika produk Indonesia sudah banyak masuk kesana. Tak menutup kemungkinan pada akhirnya produk-produk Indonesia bisa masuk ke negara-negara Eropa Tenggara dan Timur Balkan lainnya, seperti Albania, Bosnia dan Herzegovinia, Yunani, Makedonia, Kosovo, dan lainnya," pungkas Bamsoet. (BSI)
"Ditengah perang dagang Tiongkok - Amerika yang membuat pergolakan ekonomi dunia dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi semua negara dan kawasan melambat, Indonesia tak boleh diam atau meratapi kejadian ini. Tim Ekonomi Kabinet Indonesia Maju harus jeli melihat peluang dengan fokus memperluas pasar produk Indonesia hingga ke Eropa Tenggara dan Timur Balkan, seperti Bulgaria," ujar Bamsoet saat menerima Duta Besar Bulgaria untuk Indonesia, H.E. Peter Andonov, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Selasa (19/11/19).
Di dalam negeri, menurut Kandidat Ketua Umum Partai Golkar 2019-2024 ini menilai, para menteri tim ekonomi pemerintah harus fokus dalam mendorong terwujudnya kedaulatan dan kemandirian ekonomi nasional sesuai dengan visi dan misi Presiden Jokowi di dalam Nawacita. Salah satu strategi yang bisa diimplementasikan adalah program rekonsilasi nasional di bidang ekonomi dengan membangun iklim usaha yang bersahabat bagi dunia usaha atau bisnis friendly, khususnya dalam sektor perpajakan.
Di kancah internasional, menurut Bamsoet Bulgaria merupakan sahabat yang telah menunjukan kepeduliannya terhadap produk CPO/kelapa sawit Indonesia, ditengah derasnya kampanye hitam dari Uni Eropa terhadap CPO Indonesia. Ini menunjukan potensi pasar CPO di Bulgaria terbuka lebar untuk Indonesia, peluang yang tak boleh disia-siakan.
"Disaat negara-negara Uni Eropa melakukan black campaign terhadap produk kelapa sawit, yang notabene merupakan salah satu penopang positif bagi neraca perdagangan Indonesia, Bulgaria justru memberikan penilaian bebeda. Mereka terbuka terhadap produk CPO Indonesia. Saat ini sekitar sepertiga kebutuhan minyak sawit Bulgaria dipenuhi melalui impor dari Indonesia. Potensi dan peluangnya masih terbuka lebar untuk ditingkatkan," tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memaparkan, berdasarkan Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia - Bulgaria di tahun 2018 masih berada di tren positif. Yakni sebesar USD 497.651 juta, dengan surplus Indonesia mencapai USD 360.129 juta. Namun demikian Indonesia tak boleh berpuas diri.
"Karena potensi perdagangannya masih terbuka lebar. Selain CPO, Bulgaria sangat tertarik dan membuka pasar bagi produk Indonesia lainnya, seperti kopi, teh dan tuna. Kesempatan ini harus dilihat oleh Tim Ekonomi Kabinet Indonesia Maju sebagai peluang ekonomi yang luar biasa," tandas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini mengingatkan, jangan sampai peluang ekonomi tersebut tak ditindaklanjuti secara cepat. Sehingga, potensi masuknya peluang produk Indonesia justru diambil alih oleh negara-negara lainnya. Karena dalam bisnis, siapa yang cepat dia yang dapat.
"Bulgaria harus dijadikan sebagai pintu, jika produk Indonesia sudah banyak masuk kesana. Tak menutup kemungkinan pada akhirnya produk-produk Indonesia bisa masuk ke negara-negara Eropa Tenggara dan Timur Balkan lainnya, seperti Albania, Bosnia dan Herzegovinia, Yunani, Makedonia, Kosovo, dan lainnya," pungkas Bamsoet. (BSI)